Friday, April 28, 2006

Kenangan sekeping Cinta

Tak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi dengan hari esok. Semua terlihat buram. Dan terkadang apa yang terjadi jauh seperti yang telah direncanakan dengan matang. Seperti halnya aku, ketika berumur 9 tahun aku berusaha untuk mulai menata akan jadi apa aku kelak. Aku sudah putuskan aku akan menjadi dokter kelak , yah….memang tujuan mulia sekali. Aku ingin ingin membantu kaum yang kurang mampu. Dan keinginan itu harus aku wujudkan. Dan mulailah aku merajut jalan untuk meraih keinginan itu. Aku merasa begitu yakin aku akan mampu meraihnya. Secara akademis aku merasa mampu karena ketika sekolah menengah pertama aku tak pernah lepas dari dua besar. Aku pun merasa tambah yakin. Dan untuk menambah keyakinanku,ketika aku melewati kampus kedokteran dikotaku aku berkata “aku kelak akan kuliah disini”. Hari hari berjalan dengan begitu cepatnya sehingga aku semakin yakin bahwa langkah menuju cita – cita itu tinggal sejengkal lagi. Karena ternyata sekarang aku sudah kelas 3 sekolah menegah atas dan tinggal menghitung hari aku akan menigggalkan sekolahku ini dan pindah ke kampus impianku semenjak dulu. Tapi apa yang terjadi ? semua mimpiku hancur berantakan, hampir tak tersisa…

***

Hari ini aku lulus sekolah menengah pertama, orang tuaku mengajakku pindah kekota lain. Aku senang sekaligus sedih tapi sudahlah toh walaupun aku pindah kota cita – citaku tak akan pernah berubah dan aku akan tetap berusaha meraihnya. Tapi ada sedikit ragu karena aku tak punya teman sejati yang akan mendorongku untuk terus berjuang. Aku hanya berdiri sendiri…atau aku yang selalu merasa sendiri. Aku dikelilingi banyak orang tapi aku tak bisa melihat satu yang bisa menemaniku. Aku sendiri.

***

“dari tadi kok, diam melamun terus. Boleh kenalan ga’?”. Siapa juga yang iseng ngangguain aku.”namaku, doddy. Seingat sejak pertama kali masuk sekolah aku ga’ pernah dengar suaramu. Dan sepertinya kamu sangat pendiam sekali”, dia mengulurkan tangannya dan aku ragu menyambutnya.” Kenapa ? kok salaman aja ga’ mau sih?” dia diam dan menunggu jawabanku.”aku resha, maaf bukannya sombong tapi belum biasa. Ga’ pa pakan?. Senang berkenalan denganmu”. Dia tersenyum lalu pergi keluar dan meninggalkanku sendiri lagi.

Apa yang terjadi padaku. Teman pertamaku disekolah ini ternyata seorang laki – laki. Aku takut sekali. Takut jika aku terkena fitnah atau terjadi hal – hal lain yang mungkin kuinginkan tapi dilarang orang tuaku. Hari ini sudah hari ke- 4 aku masuk sekolah. Tapi aku masih belum terima jika aku harus sekolah di sekolah ini. Tak satupun yang berpakaian sepertiku. Mereka menatapku aneh ketika pertama masuk kelas. Dan didalam kelaspun tidak ada seorang pun yang mendekatiku. Akhirnya aku duduk sendirian dipojok belakang. Aku seperti alien.

“ resha, mau ikut ke kantin ga’? udah jam istirahat nih. Kamu ga’ lapar? Ayo!!” doddy mendekatiku dan langsung menarik tanganku. Ya, tuhan ku apa yang terjadi. Aku takut sekali. Sampai saat ini belum ada laki – laki yang menyentuhku dan dia yang baru lima menit mengenalku sudah berani menyentuhku. Dan aku tidak mampu menolaknya. Aku hanya diam sambil mengikuti langkahnya. “kamu kenapa masih diam. Sekarang kamu temanku, cerita dong. Kamu dari mana sih? Sepertinya bukan dari daerah sini.”. “ saya dari Sumatra barat”, hanya jawaban singkat yang bisa kuberikan.” Tapi sepertinya kamu warga keturunan. Keturunan arabnya? Habis kamu cantik sih.”. Oh, tuhan semoga saja dia tidak melihat mukaku yang sudah berwarna aneh ini.

Hari demi hari berjalan, setiap hariku tidak pernah berpisah dari doddy. Kita selalu bersama. Aku seperti merasa bertemu teman sejatiku. Mulai dari berangkat sekolah. Sampai belajar kelompok. Dia juga seirng mengajariku banyak hal.

***

“mak, maafin ni. Semua ini kesalahan ni. Bukan salah anak yang ni kandung, jika memang mak tak menginginkan anak ini berarti mak juga ga’ menginginkan ni.” Berurai air mata anni memberi pengertian pada ibunya. Tapi jawabannya masih sama dengan kemarin. Derai air mata amak dan gelengan pelan kalau dia tidak setuju.”mak, harus bilang apa pada ayahmu. Pada keluarga, pada tetangga. Anak sianu udah punya anak tapi ga’ punya suami. Mak harus jawab apa. Mak hanya takut jika ayahmu tau bukan hanya anak itu yang dibunuhnya tapi kau juga.”

Tuhan. Duniaku terasa gelap. Mungkin memang kesalahanku tapi aku ingin bertobat dan tak mau melakukan kesalahan kedua. Dia telah tega meninggalkanku dengan hasil buah cintaku. Kukira dia mencintaiku ternyata aku telah masuk kedalam ranjau setannya dan terjadilah.

Aku telah membuat malu semua, keluargaku dan diriku sendiri. Terutama amak, aku tak pernah mau mendengarkan nasehatnya dan ini yang sekarang harus aku hadapi dan aku tak ingin lagi membuatnya bersedih. Terima kasih Amak. Jika aku bisa membalikkan waktu aku akan menjadi bidadari kecilmu selalu .

Pagi itu embun baru saja turun. Rumput masih basah. Dan jalanan masih sepi. Hanya terlihat beberapa orang pedagang sayur yang sudah memulai aktifitasnya sedari dinihari tadi. Anni pergi dengan membawa dirinya kemana kaki akan membawanya. Lelah rasanya jika harus memberi penjelasan terus menerus sementara perut semakin membuncit. Dan mungkin jalan terbaik adalah pergi untuk selamanya dari kehidupan ini dan mulai untu membuat kehidupan baru yang masih belum jelas akan kemana dan masih belum tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Ni, apa kabar”, belum sempat mengatur napas aku terkejut.”jangan kaget gitu dong, kayak ketemu setan aja. Masih ingat ama aku yati. Pasti udah lupa deh.”yati langsung sok akrab mengenalkan dirinya.” Maaf, Anni masih lupa siapa ya”aku bingung. “wajar dong kamu lupa. Aku hanya teman sekelasmu waktu SMU. Tapi kita ga’ pernah berteman dekat. Kamu anak orang kaya sedangkan aku hanya orang miskin . sekarang kamu liat sendiri aku hanya pedagang sayur. Tapi dari dulu aku menyukaimu. Kamu cantik baik dan pintar. Semua lelaki berebut mencari perhatianmu. kamu sedang apa disini. Belanjanya pagi amat?”penjelasan panjang yati mulai memberi titik terang tentang dirinya.

Aku tak mampu berkata tak terasa hanya air mata yang mengalir deras dan tak tahu kenapa aku ingin memeluknya. Aku tak mampu untuk mengatakan tantang aku setelah melihat begitu indah aku dimatanya. Padahal pada dunia nyata aku lebih buruk darinya.” Kok malah nangis, sih. Aku salah ngomong ya?” yati mulai kebingungan. tangis ku makin menjadi. Tuhan tolong aku…

“yati, kau bersedia menolong ku ?”

“siapa juga yang gak mau nolong kamu ni, emang ada apa ni ?” ada lega bercampur bingung mendengar jawaban yati.

“aku ingin ikut dengan mu, jualan sayur …” akhirnya aku punya kekuatan untuk mengatakannya. Aku memang harus realitis. Perutku semakin membesar dan aku tak punya cukup uang untuk hidup.

“kamu becanda ni, bukannya kamu punya banyak uang. Lalu untuk apa berjualan sayur.” Yati bertanya dengan nada heran.

“eh… tapi ngomong ngomong udah siang nih… aku berangkat dulu , kamu mo kemana ni…?

Aku masih diam, aku bingung akan kemana….

Kembali pulang tak mungkin, ya sudah lah, aku akan pergi kemana kaki ku akan membawaku.

“ ga tau,yat . maksih udah nemenin aku “

“ iya sama sama, ini alamatku kalo ingin main ke istana ku, ntar aku sediain makanan yang enak buat mu. Aku berangkat dulu ya. Assalumualaikum.”

“waalaikum salam”

yati bergegas pergi, dan aku tinggal sendiri. Tuhan aku akan kemana. Aku hanya seorang siswi kelas tiga smu yang sedang mengandung 5 bulan. Padahal 2 bulan lagi aku akan lulus. Semua ini hanya gara gara pertemuan itu.

Semuanya berawal dari setahun yang lalu ketika waktu kenaikan kelas. Saat itu ada acara festival sekolah. Aku berkenalan dengan seorang kakak dari temanku. Namanya mahesa, orangnya tidak terlalu tinggi tapi senyumnya mampu meluluh lantakan hatiku. Padahal aku sudah berkomitmen tidak akan pernah berpacaran. Tapi ternyata setan itu pintar mencari celah. Mahesa baik, dia pendiam, tidak terlalu banyak bicara. Mahesa kuliah di kedokteran unand, tempat kuliah impian ku. Itu juga yang membuat aku suka dia.

Waktu kurajut helai demi helai, begitu indah hari kulalui. Tak ada hari tanpa mahesa dan kata cinta. Walau tidak setiap hari menatap senyumnya tapi dia selalu berada dekat dihatiku. Sampai pada malam penuh bencana yang bermuka manis menggoda ku. Dengan membawa nama cinta yang ternyata menjadi pedang bermata dua dan menghancurkan semua masa depanku. Semuanya sehingga hanya tersisa debu yang hanya di hembus angin. Dan sekarang aku hamil dan mahesa meninggalkanku. Entah kemana dia menghilang sejak hari itu. Segala cara sudah kulakukan untuk mencarinya. Tapi hasil yang kuterima tetap saja sama. Dia hilang. Entah bumi telah menelannya atau lautan telah menenggelamkannya. Dan perut ini sudah tidak bisa berbohong lagi. Dan inilah nasib yang harus kuterima akibat dari cinta yang dulu kuagung agung kan.

***

“resha, ayo bangun nak. Udah siang. Anak gadis kok bangunya siang ntar rejeki dipatok ayam lho.” Teriakan bunda udah mulai kedengaran. Padahal ini baru jam 5 pagi. Kan belum siang, lagian kalo buat siap siap kesekolah kepagian. Hari ini aku dijemput doddy di rumah. Lagian dari pada naik angkot sendirian, mendingan dijemput pake motor. Setidaknya ada temen dijalan. Oh, ya bunda belum tau kalo aku punya temen cowok. Soalnya bunda kayaknya kurang suka kalo liat temen cowokku. Pasti ada aja alasan yang keluar supaya aku jangan berteman dengan cowok. Tapi pagi ini aku akan ngenalin doddy ama bunda. Biar bunda liat kalo aku punya temen cowok yang baik, gak seperti apa yang ada dipikiran bunda.

“assalamuakum.”

“ wa’alaikum salam”

“saya doddy, bu. Temen sekolahnya resha. Saya mau menjemput resha. Reshanya ada, bu?”

Dunia gelap, tapi aku harus kuat. Jangan terlalu membayangkan hal yang buruk. Dia hanya teman anakku. Hanya teman.

“resha, cepetan!! Udah dijemput temennya tuh..”

“iya, bentar lagi bunda.”

Resha keluar dari kamarnya dengan tergesa gesa. Ada sesuatu yang berbeda yang kulihat dari matanya. Binar itu, seolah aku menatap diriku sendiri ketika seumurnya. Dan dia berdandan lebih cantik hari ini. Walau hanya mengenakan sapuan bedak tipis. Ya, allah tolong jauhkan anak ku dari mara bahaya.

“bunda, resha pergi dulu yah. Nanti pulang sekolah resha ada belajar kelompok ama temen- temen jadi resha pulang agak sorean. Ga pa pa kan, bunda?”

“assalamualaikum”

“wa’alaikum salam”

aku hanya bisa menatap kepergian putriku. Entah kenapa aku tidak mampu mencegahnya. Atau mengatakan untuk jangan pulang telat. Aku terlalu paranoid akan kejadian yang pernah menimpa ku. Ketakutan akan hukum karma terlalu menyiksaku Aku terlalu sayang padanya. Tapi kenapa aku membiarkan dia pergi dengan laki- laki. Padahal aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Kejadian yang menimpaku tak akan terulang kembali apa lagi pada putri ku sendiri. Tiba – tiba ketakutan yang amat sangat muncul diotakku. Jangan jangan resha bukan pergi belajar kelompok. Tapi dia akan pergi bersama pacarnya. Seperti yang pernah kulakukan dulu.

Ya. Allah apa yang terjadi. Kepalaku serasa mau pecah. Bayangan kejadian dulu kembali dipertontonkan di benakku.

Aku takut. Ya allah aku takut. Sangat takut. Aku menangis sejadi jadinya. Dalam sepi separuh hatiku berucap lantang. Terimalah semua ini sebagai buah dari bibit yang dulu kau tanam.

Dalam luruh, aku merasa hilang. Tanganku tidak sanggup meraih apa pun. Lalu entah apa yang terjadi, aku telah melupakannya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home