Tuesday, July 11, 2006

Looks like it's not me

kemarin lima belas tahun yang lalu, aku masih gadis kecil yang lugu.
ketika terbuang hanya bertanya dan mengiyakan. tak pernah berusaha untuk mencari tau kenapa ini terjadi. ketika berkelahi dengan teman hanya tangis yang dihasilkan.lalu membekam dalam kamar sambil sedu sedan. itu sendirian. mencoba mencari teman. tapi saat itu sepertinya tak pernah ada waktu untuk berteman dekat. waktu ku lebih banyak buat mengurung diri karena malu. malu karena aku tak seperti mereka. mereka bisa bermain dengan tawa tapi mengapa aku tidak. ketika jelang malam ada bunda yang akan menjemput untuk pulang. aku hanya bisa bertanya " wo, mamak kapan pulang ?". sepi sekali. sering bersembunyi di kolong rumah ketika aku ingin menangis karena memang aku tidak boleh menangis di depan mereka. mereka meminta ku untuk tetap menerima keadaan dan berusaha lebih sabar dengan semua pengertian yang bisa dihasilkan gadis kecil berumur 7 tahun.

kemarin sepuluh tahun yang lalu. beranjak mulai menginjak usia belasan dengan semua kekerasan hati. yang sudah terakumulasi sejak dulu. membenci hanya dalam hati berbentuk dendam. dan akhirnya mencoba berontak untuk kesekian kalinya. tapi hasil tetap tidak pernah seperti yang diinginkan. bahkan ketika memilih kematian pun akan dilakukan. terulur tangan sahabat yang ingin berbagi tangis. menggengamnya seperti mendapat nyawa baru. mencari untuk hidup sendiri.kadang ingin seperti gadis kebanyakan. belajar merawat diri dan membuka diri terhadap lingkungan baru. bukan belajar untuk mulai menghidupi diri. ingin berada dirumah ketika panas, bukan berkeliling mencari kayu. ingin seperti mereka yang tidak akan mendapatkan pukulan rotan ketika terlambat pulang. sekarang aku memang tidak bisa dikatakan sendiri karena ada teman yang sudi menemaniku walo sesaat. makasih syalvia, wita, desmi. aku ga pernah bertemu sahabat seperti kalian lagi. mungkin sepanjang hidupku. kalian sahabat terbaikku

kemarin tujuh tahun yang lalu. suatu keanehan jika ada anak yang merasa canggung untuk memanggil ayah kepada bapak kandungnya. suatu keanehan jika ada seorang anak yang hampir tak mengenal adik kandungnya sendiri. dan disinilah aku seorang anak yang aneh. yang selalu menutupi diri dengan rajin rajin tertawa atau tersenyum kepada semua orang. merangkai kata yang tak henti sehingga tenaga ku pun habis untuk bercerita pada setiap orang. dan menyiksa diri dengan cara yang hanya aku yang tau. tidak secara fisik memang lebih secara mental. menghukum diri sendiri ketika gagal dengan mengatakan betapa bodohnya aku setiap detik. namun ketika berhasil dengan cepat melupakan bahkan ketika detik belum berjalan. dari semua itu benih kebencian pada diri sendiri perlahan ku pupuk setiap hari. bibit kemunafikan ku jadikan sebagai selingan indah diantaranya. berwajah manis dan berusaha sok suci padahal itu hanya wujud kenaifan diri dan mencari pembenaran diri. mungkin berbohong pada orang lain lebih gampang. dari pada membohongi sisi hati yang setiap hari menemani

kemarin empat tahun yang lalu. rasanya lebih baik mencari hidup sendiri lagi karena penentu nasib besok bukan orang lain tapi tangan dan kaki inilah yang akan membawa ku kemasa depan ku sendiri. entah itu suram atau penuh gemilang. tapi ternyata yang ku hadapi adalah masa depan yang tidak seperti yang kuinginkan. cita cita yang kudamba sedari kecil kandas karena biaya. hiks..hiks..hiks...mungkin sudah nasib yang harus kujalani. kembali menata keinginan dan harapan bahwa allah memberi jalan lain yang lebih baik, walau jauh disudut hati tetap tersimpan kecewa pada semua. ingin mencari cinta ketika merasa hati butuh pasangannya. ingin menjadi bagian dari kehidupan orang lain yang bisa membuat ku bahagia. pertama ku kira cinta lah yang kutemukan. ternyata hanya nafsu binatang yang bersembunyi dalam raga. merasa kotor ketika pertama kali terjamah. namun setelah itu mencoba ingin kembali. tapi kenapa noda tidak pernah menghilang. beribu doa dipanjatkan mohon ampunan agar tetap istiqomah dijalan- Nya. tapi setan terlalu kuat telah bersarang. seperti memiliki dua kepribadian sekaligus. ketika bercumbu raga menerima tapi ketika sendiri rasanya ingin mati karena sudah merasa tidak memiliki arti. bunda sebenarnya aku ingin memilimpahkan berjuta kesalahan ini kepada mu tapi ternyata beban yang kau tanggung jauh lebih berat dari yang kukira. ketika kesalahan ini terjadi yang terlintas adalah masa kecil yang membuat semua ini memburuk. menyisakan dendam yang masih ada ketika dewasa. hanya bentuk perwujudan yang telah berbeda. tidak lagi hanya mengiyakan atau berusahan menelan bulat semua kenyataan yang terjadi. tapi perlahan tanpa kusadari hati ku perlahan kehabisan napas untuk hidup. tinggallah aku dalam raga kosong seperti zombie seribu tahun yang lalu.

Hari ini ingin kembali menemukan semangat baru. dan berharap bukan datang datang dari penipu yang berwajah malaikat, atau pengobral janji yang tiada bukti. memberi kembali hati agar kembali hidup dan bernapas. walo dalam wadah yang tidak berbentuk sebuah ikatan atau jalinan. hanya tatapan yang berbicara bahwa kasih sayang itu ada.semoga dia tidak seperti yang sebelumnya....Amin...

2 Comments:

At 3:30 AM, Blogger Unknown said...

Kita hanya "setan" jika telah melihat "malaikat"...
Dan kita hanya tau "malaikat" jika sudah melihat "Setan".

Lihatlah .......
Dia setan atau seorang malaikat???

 
At 3:50 AM, Blogger alm.brandez said...

"jgn pernah merasa sendiri karena kmu ga sendiri" itu yang banyak dibilang orang ke ak...
tp sebenernya orang mengerti kah apa maksud kata2nya...
sekilas mereka hanya keliatan seperti buang kata2, tanpa sadar bahwa [mungkin] mereka pun terbelit oleh kata2 nya...ataukah kita yang terlalu membelit diri kita???

masalah hari ini, selesaikan hari ini,
masalh esok, selesaikan esok hari...

just walk to d park....

 

Post a Comment

<< Home